Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2009

Hari Bumi 22 April

Bung, John F. Kennedy terkenal dengan kata-kata bijaknya, "Jangan bertanya apa yang telah negara berikan kepadamu, tanyalah apa yang kamu berikan pada negaramu". Bung, jangan bertanya kenapa tanggal 22 April disebut hari bumi , tanyalah apa yang telah Bung berikan pada bumi ini. Bung pernah bertanya, kira-kira apa keadaan Negeri Indonesia pada tahun 2050. Masih lama bung, kenapa dipikirkan. Ok lah bung. Saya pada tahun 2002 pernah baca artikel majalah National Geographic bahwa pada 2050 air laut naik 50-70 cm dibanding saat artikel dibuat. Suhu rata-rata terus naik. Hutan makin berkurang, sea food habis dan gambaran-gambaran seram lainnya. Jadi bung, kota Semarang sebagian akan tenggelam. Juga kota-kota pesisir lain. Kesulitan air bersih terjadi di mana-mana. Bung, gambaran menakutkan lagi adalah jumlah penduduk. Bung tahu, pemerintahan Indonesia pasca Soeharto gagal dalam melanjutkan program KB. Ingat bung, di Yogya pernah diusulkan ATM kondom. Tapi mereka yang berbudi

Kita Panggil Dia Kartini

Kami beriktiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri. Menolong diri sendiri itu kerap kali lebih sukar daripada menolong orang lain. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula. Ketika sebuah peristiwa sejarah diperingati, sejatinya mereka yang terlibat dalam prosesi peringatan itu telah melakukan usaha pemberian makna atas peristiwa itu. Hari ini, kantor pasti dipenuhi karyawan yang memakai batik. Petugas dan sopir bus-bus trans jakarta berkebaya. Begitu juga para presenter dan pembawa berita di stasiun-stasiun televisi. Sebagai bentuk penghormatan dan memaknai sebuah peristiwa masa lalu. Lahirnya seorang perempuan dari golongan ningrat jawa, yang oleh dirinya sendiri ia tidak mengagungkan budaya keningratannya. R. A. Kartini Peringatan Hari Kartini tentulah bukan hanya sekedar perayaan dengan berpakaian serba kebaya atau batik. Bukan pula dipahami bahwa wanita memiliki pera

Sumedang Tandang

Segelas teh manis, beberapa potong tahu, dan sebatang rokok menemani pagi kali ini di pinggiran alun-alun Kota Sumedang , sembari menunggu persiapan jamuan resepsi pernikahan Ulil , seorang kawan yang mendapatkan jodoh seorang mojang kota tahu ini. Aku datang terlalu pagi untuk acara resepsi, tapi terlalu terlambat untuk menyaksikan akad nikahnya. Tempatku kini adalah persis di samping Jalan Raya Pos Anyer - Panarukan buatan Gubernur Jenderal Daendels 200 tahun silam. Yang beberapa saat tadi kuikuti dari Cileunyi menyusuri lekukan-lekukan Cadas Pangeran sampai di tepian alun-alun kota ini. Hari minggu pagi yang beranjak siang. Alun-alun ramai dipenuhi warga kota. Tampak seperti keramaian umum di minggu pagi tempat-tempat ruang publik. Cukup berdesakan melihat kapasitasnya walaupun isinya cukup tertampung. Pedagang-pedagang kaki lima bertebaran di pinggir jalan, dan tentu saja jualannya bukan melulu tahu sumedang. Bukit-bukit menghijau di pinggiran kota mengingatkanku akan kota kela

Bangsa Kasihan

Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya, memakan roti dari gandum yang tidak mereka panen, dan meminum anggur yang mereka tidak memerasnya. Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan dan menganggap penindasan sebagai hadiah. Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun. Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak sesumbar kecuali di atas reruntuhan, dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan. Kasihan bangsa yang negarawannya srigala, filosofnya gentong nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru. Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan terompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian, hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan terompet lagi. Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu dan orang kuatnya masih dalam gendongan. Kasi