Lulus SMA (Part 3 : Corat-coret)

Sepeninggal Dian, Gejor berjalan lagi ke arah kerumunan teman-temannya.  Ia memang kecewa. Tapi kecewanya disimpan dalam hati. Ia nggak mau ngerusak hari terakhirnya menjadi siswa SMA dengan kesedihan. Ia kini kembali gabung bersama anak-anak yang asyik corat-coret. Di sana terlihat Doglo, Pituh, Gung Erick, Tomi, Sandi, Papang, Moning, Yepi, Kadek, Widi, Rini, dan temen-temennya yang lain.

Anak-anak yang melihat baju Gejor masih putih bersih langsung diserbu ama temen-temennya.

“Wah, ini sasaran yang bagus nih” seru mereka.

Dan kemudian Gejor pun menjadi korban keganasan penyemprotan pylox dan corat-coret spidol. Tapi keganasan corat-coret itu berjalan tertib alias penandatanganan dilakukan silih berganti. Kalau keroyokan, gimana mau nanda tanganinnya coba?

Dan bukan cuman Gejor aja yang dicorat-coret. Gejor pun ikut mencorat-coret juga. Coret sana, coret sini. Semprot sana, semprot sini. 

Ketika Gejor mau nandatanganin baju Widi, temen Gejor dari kelas IPA lain. Diliatnya baju Widi udah penuh dengan tanda tangan. Tapi di bagian depannya belum penuh. Hehehe. Gejor jadi semangat buat tanda tangan di situ.

“Wah…, Cok. Aku tanda tangan di sini ya?” ujar Gejor penuh semangat.

“Yeeee, Gejor kok mau tanda tangan di sini. Nggak boleh.” jawabnya.

“Ya, terus tanda tangan di mana dong? Udah nggak ada tempat lagi di baju kamu”

Widi ngeliatin bajunya.

“Yach….., Kalo begitu. Iya deh. Tanda tangan aja di sini. Nggak pa pa. Nggak lengkap jika di baju ini nggak ada tanda tangan kamu.” ujar Widi sambil mengedepankan bajunya.

“Ah…, yang bener? Sampai ngerasa nggak lengkap jika nggak ada tanda tanganku?”

“Iya. Soalnya tanda tangan yang terbagus kan sudah ada. Jadi tinggal ngisi tanda tangan yang terjelek.”

“Eit…, gimana maksudnya tanda tangan terjelek?”

“Yaa tanda tangan kamu. He… he… he… “ 

“Wah jahat nih kamu. Kok dijadiin tanda tangan terjelek sih”

“Nggak kok Jor. Cuman becanda”

Gejor pun membubuhkan tanda tangannya di baju itu.

Tak jauh dari tempat Gejor dan Widi, terlihat Papang dengan cuek menyemprotkan pyloxnya kesana kemari. Semua temennya sudah ia semprot. Kemudian dilihatnya Si Bleki, anjing yang selalu setia nongkrong di kantin sekolah.  Melihat itu, Papang pun menghampiri Si Bleki untuk disemprotin pylox juga. Bleki yang tau dirinya bakal disemprot kontan lari. Papang pun mengejarnya. Ngejarnya pake adegan lambat segala. Pake slow motion.

“Blekiiii…….. !!! Tunggu aku…..!!!”

Bleki pun lari pontang panting menyelamatkan diri. Dan larinya pun nggak mau kalah ama Papang, pake slow motion juga.

Anak-anak yang ngeliat tingkah Papang dan Si Bleki langsung memberi semangat. Mereka bukan cuman memberi semangat doang. Malah Rini, cewek yang jago nyanyi mengumandangkan lagu Kuch Kuch Hota Hai dibarengi oleh anak-anak yang lain  untuk mengiringi kejar-kejaran Papang dan Si Bleki. Dan hasilnya pas banget. Dari kejauhan gaya Papang dan Si Bleki terlihat layak untuk menyaingi film-film India di televisi.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Si Bleki dapat ditangkap oleh Papang. Dengan penuh semangat disemprotnya tubuh Si Bleki dengan pylox serta ditulisi kata-kata melankolis, i love you Bleki. 

Niat Papang mungkin hanya bercanda. Tapi karena tubuh Si Bleki ditulisi kata-kata yang menggugah sukma, kontan Si Bleki menyambutnya dengan senang hati. Apalagi Si Bleki merupakan anjing betina yang lagi kesepian. Si Bleki pun kemudian menyambut Papang dengan suka cita. Memeluk dan mencium Papang yang tak berdaya. Selanjutnya, adegan yang nggak lulus sensor pun terjadi. Hihihi... Sori Pank! []

Bandung, Desember 2001

Catatan: 
  • Kisah cerita ini adalah fiksi.
  • Jika ada kesamaan nama, tempat, atau kejadian, itu hanyalah kebetulan yang disengaja. 

Comments