Ngopi di Seniman

The affogato five elements.

Istri saya nggak suka ngopi, tapi suka sekali mengajak nongkrong ke kafe-kafe kopi. Biasanya, ia yang memilihkan menu yang tampilannya cantik, dan saya yang bertugas menikmatinya. Sementara jika saya yang memilih menu, biasanya kurang cantik. Paling banter kopi hitam dengan sepotong biskuit.

Seperti kali ini, kami mengunjungi Seniman Coffee di Jalan Sri Wedari, Ubud. Tempat yang sebenarnya sudah lama ingin kami sambangi, tapi selalu saja batal. Pernah karena susah mencari tempat parkir, karena tempatnya penuh, atau karena sudah malam ketika melewatinya sehingga saya enggan menenggak kafein.

Sesampainya di sana, ketika siang beranjak sore, pengunjungnya cukup ramai. Kami duduk di salah satu ruang di mana terdapat tempat bartender di dalamnya. Oh ya, Seniman Coffee memang tidak hanya menyediakan kopi, tetapi juga berbagai jenis racikan minuman mocktail dan cocktail, beragam pilihan teh, serta makanan berat dan ringan teman menikmati minuman.

Satu yang menarik bagi saya ketika mendapatkan meja adalah kursinya. Saya terpukau oleh kursi plastik yang dimodifikasi menjadi kursi goyang. Kursi ini dipasangi kayu yang menjadi alasnya, dirakit sedemikian rupa. Benar-benar seperti benda seni karya seorang seniman. Ketika saya duduk di sana, rasanya nyaman dan santai. Pas sekali untuk leyeh-leyeh menikmati kopi.

Kami memesan The Affogato Five Elements. Isinya dua sekop es krim vanila, secangkir kecil espresso, satu gelas kecil es kopi original, satu gelas kecil es kopi susu, dan sepotong biskuit. Disajikan dengan segelas air putih dingin, yang gelasnya terbuat dari botol plastik daur ulang. Kami juga memesan tambahan kue keju dengan potongan buah stroberi di atasnya.

Dari tampilannya, lumayan. Saya belum bisa segera menikmatinya karena harus menunggu istri saya foto-foto dulu. Haha! Tapi setelahnya, ketika kopi dan teman-temannya itu bisa dinikmati, apa yang disajikan langsung saya acungi jempol. Es krim vanila yang disiram espresso, seperti petunjuk pramusaji, benar-benar wow ketika suapan pertama masuk ke mulut. Begitu juga es kopi original, pas sekali bersanding dengan kue keju maupun sepotong biskuit.

Saya tak sempat menanyakan mengapa kafe ini dinamai Seniman. Namun, jika diperhatikan, tempatnya memang terasa “nyeni”. Selain kursi-kursinya yang unik, meja-mejanya juga dibuat nyaman. Ada yang kecil untuk sekadar berdua, ada pula yang lebar dan cocok dipakai working from cafĂ©. Di satu sudut, terdapat meja khusus yang memajang koleksi piringan hitam dan kaset, lengkap dengan pemutar dan tape recorder klasik.

Dinding ruangannya memadukan unsur batu bata, keramik putih yang disusun acak, serta semen polosan bergaya industrial. Lampu-lampu gantungnya memancarkan cahaya kuning hangat, menciptakan suasana teduh yang akrab dan nyaman. Di pelataran depan, deretan tanaman hijau memberi kesan segar sekaligus menambah rasa teduh bagi siapa pun yang duduk di dekat jendela. Dari sana, kita bisa melihat arus pejalan kaki yang lalu-lalang di trotoar, berpadu dengan semilir angin sore khas Ubud.

Di beberapa bagian, dipajang bungkus-bungkus kopi produksi Seniman Coffee. Mereka ternyata juga melakukan penyangraian kopi sendiri. Pengunjung bisa membeli kopi-kopi itu untuk dibawa pulang. Jika saya perhatikan, pilihannya banyak, dari jenis arabika maupun robusta, serta asalnya yang juga dari berbagai daerah: Jawa, Flores, Toraja, Papua, Sidikalang, Gayo, dan tentu saja dari Bali sendiri.

Dan jika ingin mendapatkan sensasi ngopi yang lebih mantap, pilihan terbaik adalah duduk di meja coffee bar. Kita bisa dengan leluasa melihat para barista meracik kopi, dan jika berkesempatan, bisa mengajak mereka ngobrol. Tentu saja mereka akan dengan ramah dan senang hati berbagi berbagai informasi perkopian. Itung-itung ngopi sambil belajar pengetahuan baru.

Penampakan depan Seniman Coffee.

Meja coffee bar.

Tempat koleksi piringan hitam dan kaset.

Kopi-kopi produksi Seniman Coffee.

Seorang pengunjung sedang menikmati sepotong cheesecake dan afogatto five elements.

Kalau suatu hari Anda berkunjung ke Bali, dan sempat mampir ke Ubud, sepertinya singgah ke Seniman Coffee bisa dijadikan sebagai pilihan yang oke. Tempat ini bukan sekadar kafe untuk menyesap kopi, tapi juga ruang kecil yang menghadirkan rasa santai yang hangat, seperti apa yang saya rasakan ketika menuntaskan catatan ini di salah satu pojok ruangannya. []

I Komang Gde Subagia | Ubud, Oktober 2025

Comments