Skip to main content

Kelompok Peduli Lingkungan Belitung

Belitung tidak hanya terkenal dengan julukan Negeri Laskar Pelangi. Juga bukan hanya pantai yang indah dengan bebatuan granit yang menghampar. Tetapi ada hal-hal menarik lain yang dimiliki oleh pulau penghasil timah ini.

Adalah sekelompok pemuda Belitung yang dimotori oleh Budi Setiawan mendirikan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam kegiatan konservasi lingkungan di Belitung, tepatnya di Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. Mereka menamakan diri Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (KPLB).

Ikan nemo yang berenang di sela-sela tumbuhan laut

Berdiri sejak September 1998, KPLB melakukan kegiatan peduli lingkungan yang menitikberatkan pada perlindungan tarsius di Pulau Belitung, reboisasi hutan mangrove di Pulau Selat Tasik, penyelamatan penyu sisik dan penyu lekang di Pulau Kepayang, serta penanaman terumbu karang di perairan sekitar. Selain itu kegiatan lingkungan lain yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat juga seringkali dilakukan.

Terumbu karang di Perairan Belitung

Di Pulau Kepayang tempat saya menginap, salah satu kegiatan konservasinya adalah ekowisata konservasi terumbu karang yang baru diresmikan pada bulan Maret 2010 kemarin. Sebagai pulau konservasi, kegiatan wisata di pulau ini tentu kegiatan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan. Tak tanggung-tanggung, program pulau konservasi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat, United Nations Environment Programme (UNEP), dan Global Environment Facility (GEF).

Menerapkan standar kehidupan masyarakat yang ramah lingkungan serta penggunaan dan manajemen yang berkelanjutan pada ekosistem terumbu karang adalah tema yang diusung oleh KPLB dalam kegiatan konservasinya. Dimana hal tersebut selain bertujuan untuk menjaga kelestarian terumbu karang juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dalam mengurangi kemiskinan.

Peserta ekowisata bergaya dulu setelah menanam terumbu karang yang bertuliskan namanya

Dalam konservasi terumbu karang ini, setiap wisatawan yang berkunjung diajak ikut serta melakukan penanaman terumbu karang hasil transplantasi (stek) di perairan Belitung. Bibit yang distek berasal dari pemotongan terumbu karang alami yang harus diambil secara hati-hati supaya terumbu karang indukannya tidak rusak dan mati. Dimana setelah dipotong, terumbu karang indukan akan menjadi rentan. Ia memerlukan waktu cukup lama untuk bisa sembuh, yaitu kurang lebih dua minggu. Untuk bisa melakukan penyetekan, Budi mengatakan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Penyetekan memerlukan keahlian dan izin dari BKSDA setempat, yaitu BKSDA Sumatera Selatan.

Terumbu karang yang ditanam bertuliskan nama penanamnya

Terumbu karang hasil pemotongan distek pada bahan yang terbuat dari campuran semen dan stereofom. Stekan ini tidak bisa berlama-lama ditempatkan di udara terbuka, jadi harus segera ditanam di meja kawat yang diletakkan di dalam perairan. Atau kalau diperlukan, sementara bisa ditempatkan di wadah yang berisi air laut. Setelah tertanam di dalam laut, terumbu karang stekan tersebut memerlukan waktu tiga bulan untuk bisa dianggap sehat dan bisa tumbuh untuk selanjutnya.

Dengan metode transplantasi ini, terumbu karang di perairan Belitung bisa cepat pulih dari kerusakan. Metode ini juga bisa menghindari pencurian terumbu karang untuk perdagangan hiasan akuarium karena transplantasi terumbu karang memang bisa sengaja dikhususkan untuk tujuan terumbu karang hias, dengan catatan harus mempunyai izin resmi dari BKSDA.

Menurut keterangan dari Budi yang merupakan lulusan Universitas Padjajaran Bandung tahun 1998 ini, ia mengajak masyarakat setempat untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan pelestarian lingkungan ini dengan turut serta memberikan manfaat kepada mereka. Artinya bahwa kegiatan lingkungan yang dilakukan juga dapat meningkatkan taraf hidup pelakunya seperti yang menjadi tujuan utamanya.

Terumbu-terumbu karang hasil transplantasi ditanam di sebuah meja kawat di dalam laut

Sebelumnya, banyak masyarakat setempat menjadi pelaku perusakan terumbu karang. Bukan karena disengaja, tetapi lebih kepada kebutuhan hidup. Biasanya karena tuntutan ekonomi pada kegiatan para nelayan dalam mencari ikan yang menggunakan pukat atau bom. Isu lingkungan memang jaringan yang rumit yang melibatkan berbagai kepentingan. Tetapi berkat pendekatan yang baik, dengan peran KPLB, perusakan tersebut bisa dikurangi. Dan bahkan yang sebelumnya sebagai pelaku, kini menjadi pasukan baris depan di dalam kegiatan konservasi.

Kontak alamat dari Kelompok Peduli Lingkungan Belitung

Tidak ada kevolunteeran murni di KPLB. Budi menekankan bahwa sebuah sikap kevolunteeran sejati akan bisa tumbuh dari masyarakat yang secara ekonomi sudah aman. Misalnya, adalah tidak mungkin masyarakat akan bisa dengan sukarela penuh melakukan penanaman terumbu karang kalau seusai penanaman tersebut tidak ada jaminan apapun bagi mereka untuk bisa menghidupi keluarganya.

Maka berdasarkan hal tersebutlah KPLB menggerakkan aksinya tidak hanya bersifat sosial semata. Kegiatan yang bersifat ekonomi itulah yang dituangkan dalam kegiatan ekowisata, dimana ada badan tersendiri di bawah KPLB yang mengurusi kegiatan tersebut. Masyarakat sekitar mendapatkan keuntungan dari budi daya terumbu karang, ikan yang melimpah, dan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung. Di lain pihak, terumbu karang pun bisa tetap terjaga dan dilestarikan.

Under Water Pictures Taken from Dwi Wahyu Lestari
Belitung - Jakarta, Juli - Agustus 2010

Comments

  1. mantab cuy... itu setelah ditanam harus ada perawatan beberapa saat atau bisa di tinggal aj hidup sendiri pak komang..?

    ReplyDelete
  2. bossssssssss coba kirim jga ke belitung Adventur Grop

    ReplyDelete
  3. @Penulis : setahu saya sepertinya tidak ada lagi. Bro Erling instruktur Belitung Adventure mungkin bisa mnejelaskan? :-)

    @Erling : OK. Boleh bos. :-) MAs Budi ada FBnya nggak?

    ReplyDelete
  4. asik banget ke belitung jor.. kapan2 kesitu ah... :D

    ReplyDelete
  5. @Adhinata : Iya Bro. Belitung memang indah. Nanti kalau berkunjung ke sana, jangan lupa berkegiatan yang positif ya, untuk lingkungan, budaya, dan adat-istiadat setempat.

    ReplyDelete
  6. Pak gejrott.......
    sudah lama tidak di update nih, sibuk banget apa??? hehehe...

    ReplyDelete

Post a Comment