Hari kedua di Surabaya. Pagi-pagi kami sudah bersiap akan pergi. Kali ini pesertanya nambah satu. Mas Dwi. Orang Surabaya asli, driver kami yang walaupun rada pendiam, tapi sangat ramah. Tujuan pertama hari ini adalah ke Trowulan, Mojokerto.
Menyusuri Jejak Majapahit
Trowulan, Mojokerto, merupakan daerah Kerajaan Majapahit di masa lalu. Di daerah ini banyak terdapat peninggalan sejarah kerajaan ini. Situs-situs purbakala seperti candi, pendopo, dan makam pada zaman Majapahit bertebaran di daerah ini. Mulai dari zaman pemerintahan Raden Wijaya sampai zaman Wali Songo.
Wisata ke tempat ini cukup menyenangkan walaupun hari menjelang siang dan panas. Tempat-tempatnya sih tidak begitu istimewa. Tapi kalau dari sisi sejarahnya, sangat mantap.
Candi Bajang Ratu
Candi ini yang pertama kukunjungi. Dengan tiket masuk 2500 per orang dan 3000 untuk satu mobil. Tempatnya cukup bersih dan rapi. Wisatawannya sedikit. Sepertinya hanya kami yang datang dari jauh. Beberapa orang yang ada di sana kemungkinan warga sekitar.
Petugas yang ada dengan antusias menemani kami melihat-lihat candi. Dia cukup bersemangat menjelaskan sejarah candi ini. Berlanjut dengan penjelasan candi-candi lainnya yang terkait di wilayah Mojokerto ini. Hehehe, sepertinya kami wisatawan pertama hari ini.
Katanya, Candi Bajang Ratu ini merupakan tempat penobatan Jayanegara (Raja Majapahit yang ke-2) pada waktu masih bajang (muda) menjadi seorang ratu. Makanya candi ini bernama Candi Bajang Ratu.
Terus, di tempat ini aku juga membeli buku tentang Situs Trowulan ini. Bukunya tipis, tak sebanding dengan harganya. Wajar saja, karena keuntungannya dipergunakan untuk pemeliharaan situs-situs di daerah ini. Akhirnya kubeli dua. Satu untukku, satu untuk bapakku. Sebagai kenang-kenangan berkunjung ke situs ini. Sekalian ikut berpartisipasi melestarikan peninggalan sejarah. Ceileh...
Candi tikus, Tempat Pemandian Sang Raja
Beranjak dari Candi Bajang Ratu, Mas Dwi pun megantarkan ke Candi Tikus. Kurang lebih 700 m ke arah utara. Tak jauh berbeda dengan Candi Bajang Ratu, tiket masuknya 2500 per orang dan 3000 untuk satu mobil.
Candi merupakan tempat pemandian keluarga kerajaan di zaman dulu. Terlihat dari relief candi berupa kolam dan pancuran. Di sekelilingnya tak ada apapun lagi. Hanya pertamanan yang dibuat oleh pengelola situs ini.
Pendopo Agung
Pendopo Agung, kurang lebih meluncur 3 km ke arah selatan. Terletak di pinggir jalan desa. Di sini hanya dikenai biaya untuk parkir.
Pintu masuk ke arah Pendopo Agung ini berupa gapura dari batu hitam sebagai pintu gerbang. Di halaman tengahnya terdapat patung Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan di sebelah samping setelah pintu masuk, terdapat patung Gajah Mada. Kedua patung tersebut dibangun oleh Korps Polisi Militer.
Pendopo agungnya sendiri juga merupakan bangunan baru. Yang asli hanyalah sendi-sendi yang digunakan untuk menopang pendopo itu. Kemudian di belakang pendopo tersebut ada sebuah batu yang disakralkan. Dipercayai sebagai pusar dunia oleh masyarakat Hindu Jawa. Mirip seperti kepercayaan Hindu Bali pada batu pusar dunia yang ada di Batur, Kintamani, Bali.
Museum Trowulan
Museum Trowulan ini merupakan tempat yang paling lengkap memberikan informasi tentang Majapahit. Tempat menyimpan benda-benda kuno peninggalan zaman kerajaan ini. Juga tempat studi untuk para pelajar atau pun mahasiswa yang berkaitan dengan sejarah. Saat aku berkunjung ke museum ini, terlihat banyak pelajar (kemungkinan SMP) yang sedang berkunjung. Sepertinya sedang rekreasi sambil belajar. Terlihat dari catatan-catatan yang mereka bawa dan wawancara yang dilakukan pada petugas.
Cuma sayang, di museum ini kita tidak boleh mengambil gambar. Tulisan "No Photograph" sudah menghadang di atas pintu masuk. Ya sudah, kita pun jalan-jalan mengelilingi museum menikmati gambaran sejarah Majapahit.
Menuju Malang
Lewat tengah hari, kami pun menuju Malang. Tepatnya ke arah barat lagi. Ke Kota Batu. Kota sejuk di bawah pegunungan Arjuno Welirang. Nggak begitu spesial-spesial amat kalau kubilang. Secara mirip Ciwidey kalau di Bandung. Mungkin yang membedakan hanya apelnya.
Nggak banyak waktu kuhabiskan untuk keliling di kota ini. Selanjutnya, tawaran dari Mas Dwi adalah mengunjungi Jawa Timur Park.
Jawa Timur Park
Seperti saran dari Mas Dwi, kami pun memasuki Jawa Timur Park. Kalau yang ini tarifnya cukup mahal. Mirip dengan Dunia Fantasy kalau di Jakarta. Hanya saja lebih cenderung ke permainan-permainan yang sifatnya mendidik. Jadi cocok untuk anak-anak sekolah. TK, SD, sampai dengan SMP. Jadi berpikir kalau bawa keponakanku, sepertinya mereka akan sangat senang bermain-main di tempat ini.
Sore menjelang, kami pun pulang. Tak lupa membeli oleh-oleh khas Malang. Apalagi selain berbagai panganan berbau apel. Hujan turun dengan derasnya, cuaca tentu saja dingin, menemani perjalanan pulang. Kami hanya keliling-keliling sebentar melihat Kota Malang sebelum menuju Surabaya. Malam datang. Hujan yang deras membuat kami enggan untuk turun. Rencana untuk singgah di Depot Es Krim Oen pun nggak kesampaian. Tapi tak mengapa. Esok atau lusa. Atau di lain waktu, kami akan jalan-jalan lagi ke Malang.
Surabaya, Maret 2008
Menyusuri Jejak Majapahit
Trowulan, Mojokerto, merupakan daerah Kerajaan Majapahit di masa lalu. Di daerah ini banyak terdapat peninggalan sejarah kerajaan ini. Situs-situs purbakala seperti candi, pendopo, dan makam pada zaman Majapahit bertebaran di daerah ini. Mulai dari zaman pemerintahan Raden Wijaya sampai zaman Wali Songo.
Wisata ke tempat ini cukup menyenangkan walaupun hari menjelang siang dan panas. Tempat-tempatnya sih tidak begitu istimewa. Tapi kalau dari sisi sejarahnya, sangat mantap.
Candi Bajang Ratu
Candi ini yang pertama kukunjungi. Dengan tiket masuk 2500 per orang dan 3000 untuk satu mobil. Tempatnya cukup bersih dan rapi. Wisatawannya sedikit. Sepertinya hanya kami yang datang dari jauh. Beberapa orang yang ada di sana kemungkinan warga sekitar.
Petugas yang ada dengan antusias menemani kami melihat-lihat candi. Dia cukup bersemangat menjelaskan sejarah candi ini. Berlanjut dengan penjelasan candi-candi lainnya yang terkait di wilayah Mojokerto ini. Hehehe, sepertinya kami wisatawan pertama hari ini.
Katanya, Candi Bajang Ratu ini merupakan tempat penobatan Jayanegara (Raja Majapahit yang ke-2) pada waktu masih bajang (muda) menjadi seorang ratu. Makanya candi ini bernama Candi Bajang Ratu.
Terus, di tempat ini aku juga membeli buku tentang Situs Trowulan ini. Bukunya tipis, tak sebanding dengan harganya. Wajar saja, karena keuntungannya dipergunakan untuk pemeliharaan situs-situs di daerah ini. Akhirnya kubeli dua. Satu untukku, satu untuk bapakku. Sebagai kenang-kenangan berkunjung ke situs ini. Sekalian ikut berpartisipasi melestarikan peninggalan sejarah. Ceileh...
Candi tikus, Tempat Pemandian Sang Raja
Beranjak dari Candi Bajang Ratu, Mas Dwi pun megantarkan ke Candi Tikus. Kurang lebih 700 m ke arah utara. Tak jauh berbeda dengan Candi Bajang Ratu, tiket masuknya 2500 per orang dan 3000 untuk satu mobil.
Candi merupakan tempat pemandian keluarga kerajaan di zaman dulu. Terlihat dari relief candi berupa kolam dan pancuran. Di sekelilingnya tak ada apapun lagi. Hanya pertamanan yang dibuat oleh pengelola situs ini.
Pendopo Agung
Pendopo Agung, kurang lebih meluncur 3 km ke arah selatan. Terletak di pinggir jalan desa. Di sini hanya dikenai biaya untuk parkir.
Pintu masuk ke arah Pendopo Agung ini berupa gapura dari batu hitam sebagai pintu gerbang. Di halaman tengahnya terdapat patung Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan di sebelah samping setelah pintu masuk, terdapat patung Gajah Mada. Kedua patung tersebut dibangun oleh Korps Polisi Militer.
Pendopo agungnya sendiri juga merupakan bangunan baru. Yang asli hanyalah sendi-sendi yang digunakan untuk menopang pendopo itu. Kemudian di belakang pendopo tersebut ada sebuah batu yang disakralkan. Dipercayai sebagai pusar dunia oleh masyarakat Hindu Jawa. Mirip seperti kepercayaan Hindu Bali pada batu pusar dunia yang ada di Batur, Kintamani, Bali.
Museum Trowulan
Museum Trowulan ini merupakan tempat yang paling lengkap memberikan informasi tentang Majapahit. Tempat menyimpan benda-benda kuno peninggalan zaman kerajaan ini. Juga tempat studi untuk para pelajar atau pun mahasiswa yang berkaitan dengan sejarah. Saat aku berkunjung ke museum ini, terlihat banyak pelajar (kemungkinan SMP) yang sedang berkunjung. Sepertinya sedang rekreasi sambil belajar. Terlihat dari catatan-catatan yang mereka bawa dan wawancara yang dilakukan pada petugas.
Cuma sayang, di museum ini kita tidak boleh mengambil gambar. Tulisan "No Photograph" sudah menghadang di atas pintu masuk. Ya sudah, kita pun jalan-jalan mengelilingi museum menikmati gambaran sejarah Majapahit.
Menuju Malang
Lewat tengah hari, kami pun menuju Malang. Tepatnya ke arah barat lagi. Ke Kota Batu. Kota sejuk di bawah pegunungan Arjuno Welirang. Nggak begitu spesial-spesial amat kalau kubilang. Secara mirip Ciwidey kalau di Bandung. Mungkin yang membedakan hanya apelnya.
Nggak banyak waktu kuhabiskan untuk keliling di kota ini. Selanjutnya, tawaran dari Mas Dwi adalah mengunjungi Jawa Timur Park.
Jawa Timur Park
Seperti saran dari Mas Dwi, kami pun memasuki Jawa Timur Park. Kalau yang ini tarifnya cukup mahal. Mirip dengan Dunia Fantasy kalau di Jakarta. Hanya saja lebih cenderung ke permainan-permainan yang sifatnya mendidik. Jadi cocok untuk anak-anak sekolah. TK, SD, sampai dengan SMP. Jadi berpikir kalau bawa keponakanku, sepertinya mereka akan sangat senang bermain-main di tempat ini.
Sore menjelang, kami pun pulang. Tak lupa membeli oleh-oleh khas Malang. Apalagi selain berbagai panganan berbau apel. Hujan turun dengan derasnya, cuaca tentu saja dingin, menemani perjalanan pulang. Kami hanya keliling-keliling sebentar melihat Kota Malang sebelum menuju Surabaya. Malam datang. Hujan yang deras membuat kami enggan untuk turun. Rencana untuk singgah di Depot Es Krim Oen pun nggak kesampaian. Tapi tak mengapa. Esok atau lusa. Atau di lain waktu, kami akan jalan-jalan lagi ke Malang.
Surabaya, Maret 2008
halo bli... link saya diupadate ya.. link yg baru di http://madejunes.net
ReplyDeletetengkiu...
Halo Juga Pak... :-)
ReplyDeleteLinkmu udah kuupdate. Sori lama ya... :-)
Suksma