Hari pertama di Bali. Seperti janji yang sudah ditetapkan olehku, Alit, Edi, Ucup, Odes, dan Kardi, akan arung jeram di Sungai Ayung.
Semua Terlambat
Hal yang paling menyebalkan. Jam karet. Sembilan pagi teng seharusnya kami sudah ready to go dari Lod Tunduh, Ubud. Jam sembilan lewat kutelponin teman-temanku yang belum satu pun muncul batang hidungnya. Ternyata sebagian besar baru beranjak dari kasur. Dan salah satunya, jawab telepon masih setengah mengigau. Sialan.
Berangkat
Akhirnya jam 11:30 semua batang hidung bermunculan. Sedikit kecewa. Tapi tetap lets go. Menuju titik start pengarungan di Desa Carang Sari, Petang, Badung. Diantar oleh blinya Alit sang driver handal di Bali. Silahkan buka BaliBestDriver untuk melihatnya (itung-itung ucapan terima kasih dan promosi Bli, hehehe. Matur suksma.).
Kami berenam, ditambah satu orang kawan baru dari Ukraina, Vladimir (nice to meet you mister). Mulai menuruni lembah Sungai Ayung ini. Dikomandani oleh dua orang skiper asli Bali. Salah satunya bernama Bli Diana. Orangnya baik dan lucu.
Pemandangan di Sepanjang Sungai
Pengarungan di Sungai Ayung ini tidak mengandalkan kedasyatan jeram-jeramnya. Tetapi menang dalam pemandangan di sepanjang perjalanan. Hutan yang rindang di sepanjang kiri dan kanan, gemericik air terjun yang jatuh dari tebing, celoteh berbagai jenis burung dan monyet-monyet, membuat betah sejauh mata memandang.
Di beberapa titik, kami berhamburan terjun dari perahu. Sengaja berenang dan bermain-main air. Layaknya anak kecil, di bawah air terjun yang jatuh bergemuruh dari ketinggian sana .
Cerita Ramayana
Satu hal yang mengusik hati adalah, di beberapa tebing terdapat ukiran-ukiran lakon Ramayana. Nampak jelas bercerita. Hanuman yang menyelamatkan Dewi Sita maupun pertempuran antara Rama dan Rahwana.
Ukiran-ukiran tersebut terlihat masih baru. Sepertinya sengaja dibuat oleh pihak pengelola-pengelola hotel atau adventure tour di daerah ini.
Entahlah. Apakah ini bagus atau tidak. Mungkin menambah keindahan tebing. Atau mungkin malah merusak keaslian tebing tersebut.
Dua Jam Berlalu
Capek? Nggak begitu terasa. Lapar? Iya. Setelah dua jam lebih mengarungi Ayung sepanjang kurang lebih lima belas kilometer. Tiba di titik finish. Desa Karang Dalem, Petang, Badung.
Dan yang pasti, berpetualang ala wisatawan ini tentu dilayani layaknya seorang raja. Kata orang berjualan "pembeli adalah raja". Sudah barang tentu pelayanan terbaik diberikan. Makan, minum, tempat mandi plus handuk dan perlengkapan lainnya sudah disiapkan. Apalagi pelayannya mbok-mbok yang jegeg. Jeg semangat!!!
Pulang
Akhirnya, ketika sore menjelang. Kami pun pulang. Walaupun sedikit kecewa karena nggak bisa memasang wajah-wajah narsis beraksi menerjang jeram di atas perahu. Abis mau gimana lagi, sayang kameranya kalau harus berbasah-basahan.
Tapi, walaupun begitu, foto-foto narsis lagi nongkrong dan buang bensin di pinggir sungai mengisi sebagai gantinya.
Ubud, Januari 2008
Semua Terlambat
Hal yang paling menyebalkan. Jam karet. Sembilan pagi teng seharusnya kami sudah ready to go dari Lod Tunduh, Ubud. Jam sembilan lewat kutelponin teman-temanku yang belum satu pun muncul batang hidungnya. Ternyata sebagian besar baru beranjak dari kasur. Dan salah satunya, jawab telepon masih setengah mengigau. Sialan.
Berangkat
Akhirnya jam 11:30 semua batang hidung bermunculan. Sedikit kecewa. Tapi tetap lets go. Menuju titik start pengarungan di Desa Carang Sari, Petang, Badung. Diantar oleh blinya Alit sang driver handal di Bali. Silahkan buka BaliBestDriver untuk melihatnya (itung-itung ucapan terima kasih dan promosi Bli, hehehe. Matur suksma.).
Kami berenam, ditambah satu orang kawan baru dari Ukraina, Vladimir (nice to meet you mister). Mulai menuruni lembah Sungai Ayung ini. Dikomandani oleh dua orang skiper asli Bali. Salah satunya bernama Bli Diana. Orangnya baik dan lucu.
Pemandangan di Sepanjang Sungai
Pengarungan di Sungai Ayung ini tidak mengandalkan kedasyatan jeram-jeramnya. Tetapi menang dalam pemandangan di sepanjang perjalanan. Hutan yang rindang di sepanjang kiri dan kanan, gemericik air terjun yang jatuh dari tebing, celoteh berbagai jenis burung dan monyet-monyet, membuat betah sejauh mata memandang.
Di beberapa titik, kami berhamburan terjun dari perahu. Sengaja berenang dan bermain-main air. Layaknya anak kecil, di bawah air terjun yang jatuh bergemuruh dari ketinggian sana .
Cerita Ramayana
Satu hal yang mengusik hati adalah, di beberapa tebing terdapat ukiran-ukiran lakon Ramayana. Nampak jelas bercerita. Hanuman yang menyelamatkan Dewi Sita maupun pertempuran antara Rama dan Rahwana.
Ukiran-ukiran tersebut terlihat masih baru. Sepertinya sengaja dibuat oleh pihak pengelola-pengelola hotel atau adventure tour di daerah ini.
Entahlah. Apakah ini bagus atau tidak. Mungkin menambah keindahan tebing. Atau mungkin malah merusak keaslian tebing tersebut.
Dua Jam Berlalu
Capek? Nggak begitu terasa. Lapar? Iya. Setelah dua jam lebih mengarungi Ayung sepanjang kurang lebih lima belas kilometer. Tiba di titik finish. Desa Karang Dalem, Petang, Badung.
Dan yang pasti, berpetualang ala wisatawan ini tentu dilayani layaknya seorang raja. Kata orang berjualan "pembeli adalah raja". Sudah barang tentu pelayanan terbaik diberikan. Makan, minum, tempat mandi plus handuk dan perlengkapan lainnya sudah disiapkan. Apalagi pelayannya mbok-mbok yang jegeg. Jeg semangat!!!
Pulang
Akhirnya, ketika sore menjelang. Kami pun pulang. Walaupun sedikit kecewa karena nggak bisa memasang wajah-wajah narsis beraksi menerjang jeram di atas perahu. Abis mau gimana lagi, sayang kameranya kalau harus berbasah-basahan.
Tapi, walaupun begitu, foto-foto narsis lagi nongkrong dan buang bensin di pinggir sungai mengisi sebagai gantinya.
Ubud, Januari 2008
gejor....
ReplyDeletejangan kapok sama jam karet ya???
hahahahhahhaaha.....
gejor....
ReplyDeletejangan kapok sama jam karet ya???
hahahahhahhaaha.....
-gungdeodesboy-