Skip to main content

Panggilan dari Dayeuhkolot


Teruntuk Alumni Kampus Putih Biru : Universitas Telkom

Di kala pandemi corona terjadi, Bandung Selatan banjir lagi. Sungai Citarum meluap. Merendam tiga kecamatan : Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah.

Ketinggian air sampai dengan dua meter. Membuat puluhan ribu warga mengungsi. Laporan BPBD, ada 98 ribu jumlah pengungsi. Dan pengungsian ini berlangsung di tengah epidemi virus corona.

***

Tak jauh dari lokasi banjir, ada Universitas Telkom. Yang sejak pertengahan Maret lalu, imbauan untuk bekerja dan belajar dari rumah sudah dilakukan. Mahasiswa, dosen, dan seluruh pegawai berkegiatan di rumah. Belajar mengajar di rumah.

Walaupun banyak yang berkegiatan dari rumah, masih ada yang tak bisa di rumah. Seperti misalnya tim keamanan : para satpam. Ada juga tim kebersihan : cleaning service maupun tukang kebun. Mereka semua masih tetap bertugas di kala yang lainnya berkegiatan dari rumah.

Asrama mahasiswa, juga tak sepenuhnya sepi. Sebagian besar mahasiswa memang memilih pulang ke rumah orang tuanya masing-masing. Tapi yang asalnya sangat jauh dari Bandung, mau tak mau tetap di asrama. Atau di kos-kosan sekitar kampus.

Denyut kehidupan di kawasan Sukabirus, Sukapura, dan sekitar kampus lainnya; melambat. Tak ramai lagi. Hal ini berimbas pada kondisi ekonomi para pekerja non formal : pegawai kantin, tukang kebun, tukang laundry, atau tukang warung. Atau para tenaga lepas harian.

Ditambah banjir yang melanda kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya, mereka semua tentu kesusahan. Penghasilan harian berkurang. Bahkan mungkin tak ada. Rumah dan lingkungan sekitar malah terendam banjir. Lalu mengungsi. Kemudian diminta untuk social distancing.

Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bisa kita bayangkan, ketika perekonomian lesu, rumah dilanda banjir. Berbagai penyakit mengintai. Batuk, pilek, gatal-gatal. Plus ancaman virus corona.

***

Pembaca yang budiman. Jika Anda pernah melalui hari-hari di kampus putih biru Universitas Telkom, tentu sudah sangat tahu dengan gambaran di atas. Karena begitu rutinnya musibah itu terjadi setiap tahun.

Tapi, tahukah Anda bahwa saat ini Universitas Telkom melalui Direktorat Pengembangan Karir, Alumni, dan Endowment sedang menggalang dana dan memberikan bantuan bagi mereka yang membutuhkan?

Melalui Tel-U Coffee bersama Forum Alumni Universitas Telkom dan Yayasan Astacala, mengajak Anda semua untuk berpartisipasi. Menggalang donasi untuk bersama melawan corona. Yang makin hari, imbasnya makin memprihatinkan.

***

Sampai catatan ini ditulis, donasi yang telah terkumpul ada 83 juta rupiah lebih. Itu belum seberapa. Jika dibandingkan dengan jumlah orang yang perlu dibantu.

Sebagian yang terkumpul itu sudah disalurkan. Kepada mereka yang membutuhkan. Dalam bentuk APD, masker, hand sanitizer, maupun sembako.

Yang menerimanya bisa jadi adalah ia yang menjadi ibu laundry, yang mencucikan pakaian kita kala tinggal di asrama. Atau bapak-bapak tukang kebun, yang masih jadi tukang kebun di kampus sampai sekarang. Atau sopir angkot, yang tiap hari hilir mudik di jalanan, dari Kalapa ke Mengger. Dan sebagainya.

Dan sebagian donasi juga diberikan kepada mahasiswa yang tak bisa pulang kampung. Yang masih bertahan di asrama atau kosannya masing-masing.

***

Tahun 2020, rasanya ada puluhan ribu alumni Universitas Telkom. Bayangkan jika masing-masing mendonasikan rejekinya 25 ribu rupiah saja. Maka lebih dari 1 milyar rupiah bisa dikumpulkan.

Dan donasi ini masih terus dibuka sampai sekarang. Sampai hari ini, di bulan April 2020. Dan akan terus dibuka. Sampai kondisi dinyatakan normal dari pandemi.

Jika Anda ikut terketuk hatinya, untuk berpartisipasi, perhatikan dengan seksama gambar di atas. Di sana tertulis ke mana Anda bisa menyalurkan donasi.

***

Kita semua tahu, bahwa hari-hari ini situasinya begitu sulit. Walau sulit, tapi kita juga yakin. Bahwa masih banyak di antara kita yang berkenan untuk berbagi. Membantu orang lain. Mulai dari yang dekat. Saudara. Tetangga. Orang-orang di lingkungan kerja kita. Sekolah. Atau tempat kuliah kita dulu.

Tak ada yang membantah bahwa membantu sesama dalam kebaikan adalah sesuatu yang mulia. Salah satu wujud dari cinta. Bahkan menjadi sebuah kehormatan. Apalagi jika itu untuk lingkungan dari almamater kita. Rumah yang ikut membesarkan kita.

Mungkin kedengarannya sedikit muluk-muluk. Tapi melalui donasi ini, kita yang jauh bisa berharap. Itu semua bisa mendekatkan jarak kita dalam kemanusiaan. Bahwa kita bisa bersama-sama, untuk bangkit dan kembali menjadi kuat.

Mari, bersama kita bisa! []

I Komang Gde Subagia - April, 2020

Comments